Sepak Bola dan Semangat Kebangsaan

Kisah lahirnya PSIS sangatlah menarik.  Bermula dari penghinaan yang dilakukan oleh Netherland Indische Voetbal Bond (NIVB). Klub-klub pribumi di daerah mengadakan kongres pembentukan induk organisasi sepak raga—nama populer sepak bola pada 1930-an. Kongres yang dilaksanakan pada 19 April 1930 di Gedung Handeproko (sekarang Gedung Batik), Yogyakarta ini pun tak luput dari mata-mata polisi Belanda, yang terus memantau kegiatan organisasi bumi putera.

selengkapnya… http://sejarahkita.org/kisah/285-soeratin-sepak-bola-dan-semangat-kebangsaan

Persatuan: Saripati Pemikiran Bung Karno

Bernhard Dahm dalam bukunya, Soekarno and the Struggle for Indonesian Independence, menulis bahwa pesan Soekarno selalu sama, yaitu berjuang melawan imperialisme sampai titik akhir di satu pihak, dan di lain pihak, membangun orde yang baru melalui perkawinan ideologis menuju harmoni secara menyeluruh.  Bagaimanakah itu? Silakan baca selengkapnya….

http://sejarahkita.org/refleksi/298-persatuan-saripati-pemikiran-bung-karno

Gus Dur dan Pesan Rekonsiliasi

Dalam adegan film: wanita paruh baya memakai baju pink, kulitnya berwarna coklat, rambut pendek ikal. Bibirnya bergetar dan air mata mulai mengalir ketika ia menceritakan pengalaman pahit yang sangat traumatis bagi hidupnya hingga saat ini. Dia adalah Jumilah, salah satu mantan tahanan politik Orde Baru.

Wanita itu mengisahkan….  http://sejarahkita.org/refleksi/306-gus-dur-dan-pesan-rekonsiliasi

Propaganda Media dan Ingatan 1965

Peran propaganda media saat peristiwa 1965 dan sesudah peristiwa sangat penting dan krusial. Selama Orde Baru, propaganda media melanggengkan narasi utama “kekejaman komunis”. Latar terjadinya tragedi 1965, media sendiri khususnya media cetak sesungguhnya mengambil peran penting di dalamnya.

Selengkapnya … http://sejarahkita.org/kisah/307-propaganda-media-dan-ingatan-1965

Pon dan Gotong Royong

Didorong kegagalan ikut serta dalam Olimpiade XIV di London tahun 1948, serta guna memelihara semangat keolahragaan nasional, mempertahankan kemerdekaan dengan menunjukan keberadaan bangsa dan negara Indonesia kepada dunia luar, maka timbul inisiatif untuk menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah lahir di Solo pada tahun 1938.

Sehari sebelum pelaksanaan PON I, yaitu pada 9-12 September, terlebih dulu dilaksanakan upacara penyerahan Bendera Merah Putih dan Bendera PON I di halaman Istana Yogyakarta. Penyerahan itu dilakukan oleh Presiden Soekarno kepada Subardi (Ketua Komite Jalan Beranting) yang akan membawa bendera tersebut ke Solo.

Saat pembukaan PON I itu, Presiden Soekarno memberikan pidatonya, seperti dicuplik berikut;

“Pertama-tama mengucap syukur kepada Allah Subahanahuwata ‘ala’ bahwa PON berlangsung di alam merdeka bebas. Kemudian menyatakan perasaan bangga atas ikut serta pahlawan-pahlawan dari daerah pendudukan, tetapi masih belum puas karena PON belum dapat diikuti oleh seluruh Indonesia dari seluruh Nusantara. Selanjutnya diharapkan supaya PON bukan hanya untuk menjadi pekan-pekan mengolah jasmani, tetapi pun hendaknya menjadi pula pekan mengolah rohani…  Pemuda-pemuda dan Pemudi-pemudi datang di Solo ini tidak untuk berolahraga saja, tetapi terutama untuk menunjukan semangat kemerdekaan yang menyala-nyala, diadakan bagi perbaikan derajat dan rohani bangsa”.

Ketika itu PON I diikuti oleh 13 Keresidenan (khususnya di Pulau Jawa), yaitu: Bandung, Jakarta, Semarang, Malang, Surabaya, Kedu, Banyumas, Surakarta, Yogyakarta, Pati, Madiun, Kediri, dan Bojonegoro. Sedangkan cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON ini berjumlah 9 cabang olahraga, yaitu; atletik, bola basket, bola keranjang, bulu tangkis, panahan, pencak silat, renang, sepakbola, dan tenis.

Selanjutya.. http://sejarahkita.org/kronik/299-gotong-royong-pon-pertama

Pemikiran Bung Karno

Kegandrungan Bung Karno pada gagasan persatuan, dapat dilihat dalam pidato kenegaraan Bung Karno pada 17 Agustus 1954, ketika Bung Karno menyampaikan; “Apapun pembelinya, persatuan nasioal harus kita pertegakkan”. Pidato tersebut dimaksudkan untuk mengingat peristiwa pemberontakan Madiun dan Pemberontakaan Republik Maluku Selatan. Bung Karno mengingatkan, bahwa persatuan Indonesia sebagai sebuah bangsa selalu terancam.

Bagaimana pentingnya arti persatuan bangsa pernah juga diutarakan Bung Karno dalam kuliah umumnya di Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 1958. Bung Karno mengatakan; “Jikalau kita tidak setia kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu Negara Kesatuaan Republik Indonesia yang berwilayah kekuasaan dari Sabang sampai ke Merauke benar-benar di waktu yang akhir ini kita terancam bahaya akan pecah terpecah-belah menjadi beberapa bagian. Oleh karena itu kita harus dengan sadar bekerja dengan sekuat-kuatnya dengan ideologi kita, Pancasila, yang berdasarkan atas kemanusiaan, peri kemanusiaan, bekerja sekuat-kuatnya untuk mendatangkan perdamaian dunia.”

Selanjutnya: http://sejarahkita.org/refleksi/298-persatuan-saripati-pemikiran-bung-karno

Soekarno dan Merah Putih

Hari itu, 1 September 1945, Bung Karno menetapkan supaya setiap warga negara Republik memberikan salam kepada yang lain dengan mengangkat tangan, kelima jari terbuka lebar yang berarti “lima sila” sambil meneriakkan “MERDEKA”.

Bung Karno juga memerintahkan agar bendera Merah Putih dikibarkan di semua gedung umum. Pesan Bung Karno, bendera Merah Putih sebagai simbol revolusioner.

Dalam buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, Bung Karno menceritakan bagaimana rakyat Republik Indonesia muda amat gemar akan lambang atau simbol. Oleh karenanya ketika itu Bung Karno meminta untuk membikin 10 juta bendera Merah Putih kecil terbuat dari kertas, kemudian disebarkan oleh kurir sampai ke pelosok-pelosok terpencil tanah-air. Tujuan Bung Karno agar tersebarkan perasaan “Indonesia” kepada seluruh rakyat di pulau-pulau yang jauh dengan pergolakan bahwa mereka pun turut dalam perjuangan bangsanya.

Selengkapnya… http://sejarahkita.org/refleksi/297-soekarno-bung-dan-merah-putih

Tan Malaka dan “Testamen Politik” Soekarno-Hatta

“Bung Tan”, kata Bung Karno, “Kita sekarang menghadapi kedatangan Sekutu yang melucuti angkatan perang Jepang. Saya tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada diri saya. Saya bisa ditangkap, dibuang, atau dibunuh. Berikanlah petunjuk-petunjuk pada pemimpin kami dalam hal taktik dan strategi perjuangan rakyat kita untuk mempertahankan kemerdekaan.”

Tan Malaka menjawab; “Saya tidak dikenal oleh pemimpin-pemimpin yang Saudara singgung. Saya sanggup menunaikan tugas saya itu apabila Bung Karno memberi surat kepada saya sebagai tanda pengenalan.” “Baik”, kata Bung Karno, “nanti saya sampaikan kepada Bung Tan, surat yang dimaksud itu.”

Selengkapnya… http://sejarahkita.org/kisah/296-tan-malaka-dan-testamen-politik-soekarno-hatta

Ganefo: Bersatunya Lembu, Spink, dan Barongsai

Ruang sidang PBB tahun 1960 di New York, Amerika Serikat, menjadi saksi ketika Presiden Soekarno meminta agar markas PBB dipindahkan ke Negara yang netral. Kekecewaan terhadap lembaga internasional itu membuat Bung Karno mengeluarkan konsepsi,kekuatan negara-negara baru, dalam Conference of the New Emerging Forces (Conefo), sebagai pesaing dari kekuatan negara-negara yang menguasai lembaga-lembaga internasional. Selanjutnya… http://sejarahkita.org/kronik/292-ganefo-bersatunya-lembu-spink-dan-barongsai

KAA Bandung dan Penguatan Jakarta-Peking

Usaha pembunuhan Zhou, juga belum selesai. Agen CIA juga disebut, akan melakukan peracunan dalam jamuan makan. Menurut Steve Tsang, CIA tak terlibat, meski awalnya juga punya rencana untuk menghabisi Zhou Enlai. Ketika diangkat menjadi wakil direktur CIA pada 1954, Jenderal Lucian Truscott menemukan bahwa CIA berencana membunuh Zhou Enlai. Selama perjamuan akhir di Bandung, seorang agen CIA akan membubuhkan racun ke mangkuk nasi Zhou yang tak akan bereaksi selama 48 jam hingga Zhou kembali ke China. Truscott menghadap Direktur CIA Allen Dulles dan memaksanya menghentikan operasi itu.

Dalam Konferensi Asia-Afrika, Zhou Enlai menjadi bintang. Dengan tenang dia menangkis pidato delegasi negara lain yang menyerang China dan komunisme. Zhou juga menjadi pendamai ketika terjadi kebuntuan antara negara-negara yang berpihak dan negara-negara bebas-aktif. Zhou pula yang mengusulkan suatu Deklarasi Perdamaian. Selengkapnya ….. http://sejarahkita.org/kronik/291-kaa-bandung-menguatkan-jakarta-peking